Traveling and Teaching 1000 Guru Malang: “Beri kami 1000 Guru, Jangan Beri 1000 Gedung Sekolah Tanpa Guru”
4/30/2015Ibu pernah bilang, “Jadilah anak muda yang luar biasa. Hatimu harus luas, kokoh, dan selalu menginspirasi orang lain. Apapun pencapaianmu, pastikan itu berguna bagi sesama, agama, dan negara.”
Sepenggal nasehat Ibu bisa jadi titik nadi
dari alasanku untuk berusaha terus menjadi baik. Kali ini Fasta mengartikan menjadi baik dengan mendedikasikan diri untuk kepentingan sesama, konteks yang akan kita bahas kali ini adalah pendidikan.
Apa kabar pendidikan di pelosok negeri?
Masih banyak ya sekolah-sekolah yang bangkunya reot, dinding yang hampir
ambruk, dan guru-guru yang memilih mengajar di kota karena tawaran gaji
yang lebih besar? Yakin, kita sudah merdeka?
Ada seberkas harapan pada pengalaman mengajar
yang sebentar lagi akan Fasta ceritakan. Seberkas harapan itu selalu muncul
pada binar semangat dan lengkung senyum adik-adik di pelosok negeri yang tengah
memperjuangkan impian dan masa depannya.
Beberapa SMS datang dari adik-adik sekaligus murid yang pernah Fasta ajar dalam kegiatan Traveling and Teaching 1000 Guru Regional Malang. Aksi sosial tersebut dilaksanakan pada 28-29 Maret 2015. Gak nyangka mereka masih inget, bahkan sering menghubungi. Isi SMS mereka juga lucu-lucu, kadang bikin
Fasta baca berkali-kali. Pengen rasanya ngulang moment mengajar waktu itu setiap kali mengingat wajah ceria
mereka.
Traveling and Teaching 1000 Guru
1000 Guru emang lagi hits di awal tahun 2015 ini. Pada mulanya, 1000 Guru adalah akun sosial media inspirasi yang memberitakan fakta-fakta pendidikan di seluruh
pelosok negeri. Hingga kini melebar menjadi sebuah aksi sosial yang berani
terjun langsung membantu anak-anak yang kurang beruntung dalam hal pendidikan, terutama di daerah pedalaman. Sedangkan Traveling and Teaching adalah aksi yang dilakukan untuk merangkul orang-orang yang
berasal dari beragam profesi agar turun tangan membantu memperbaiki kualitas pendidikan,
mengunjungi tempat-tempat unik dan indah, mempelajari adat-istiadat yang
berlaku di sana, dan melakukan kegiatan sosial dengan donasi serta berbagi ilmu
pengetahuan.
Aksi Traveling and Teaching selalu gempar di kota-kota besar yang menjadi penyelenggaranya.
Di antaranya Lampung, Bandung, Tangerang, Surabaya, Semarang, Jogjakarta, Makassar, Medan, dan Malang. Temen-temen di
kampus pun juga banyak yang tahu. Dan gak sedikit yang bilang, “Fas, pengen ikut
TnT juga, nih!”. Atau kalo Fasta
kebetulan lagi make shirt 1000 Guru,
pasti ada aja yang nanya-nanya tentang profil komunitas tersebut.
Lokasi Traveling and Teaching tentunya disesuaikan dengan regional masing-masing. Nah, Malang,
memiliki banyak destinasi wisata alam yang kece-kece. Dipilihlah Madrasah
Ibtidaiyah Bilingual Al-Irsyad di Kabupaten Kepanjen dan Pantai Kondang Merak sebagai lokasi traveling yang terletak di bagian selatan Malang.
Madrasah
Ibtidaiyah Bilingual Al-Irsyad
MIB Al-Irsyad beda banget sama SD pada umumnya. Selain berkonsentrasi pada budi pekerti dan pengetahuan agama, konsep sekolah mereka didesain menyatu dengan alam. Natural banget! Dinding-dinding yang berasal dari anyaman bambu, gelantungan tanaman hias di tiap sisi kelas, dan tempat duduk yang hanya beralaskan karpet. Tak ada pintu maupun jendela. Udara segar pun bebas keluar masuk melalui celah-celah dinding bambu. Meskipun sederhana, suasana alam yang asri terasa begitu khas, dan berhasil membuat tim 1000 Guru betah mengajar di sana.
Ada kak Oliv, kak Selly, kak Nadiyah, dan kak
Gede yang membantu Fasta untuk mengajar di kelas 4 MIB Al-Irsyad. Meskipun baru saling mengenal, kami merasa sudah begitu dekat. Menurutku, kami termasuk tim pengajar yang kompak. Bolehlah, dalam permulaan mengajar kami menemukan sedikit kesulitan. Namun usaha untuk tampil maksimal dalam menyampaikan materi dan berinteraksi dengan murid-murid yang masih asing dengan kami harus berhasil dicapai.
Kedatangan kami disambut oleh 20 orang siswa
yang memenuhi kelas. Tatapan datar, ketakutan, penasaran, sampai senyum yang
merekah tergambar pada wajah lugu mereka. Asal kalian tahu dek, kakak-kakak nervous banget di menit pertama ketemu kalian. Asli! Tapi gengsi aja mau nunjukkin. Masa pengajar gak pede
gitu, sih! Hihi.
Kak Oliv, Kak Selly, Kak Nadiyah, dan Kak
Gede saling diem-dieman. Oke, akhirnya kak Fasta yang buka percakapan. “Halo
adik-adik, bagaimana kabarnya hari ini?” pertanyaan paling standar pun keluar. Ternyata
respons mereka bagus banget. Dijawablah sambil teriak-teriak kegirangan. Sampai-sampai ruang kelas yang gak lebih dari 4x3 meter itu penuh
sesak karena frekuensi suara bocah-bocah lucu tersebut.
Interaksi
mulai terbentuk. Kakak-kakak yang lain bertugas memberi stimulus agar mereka bisa dengan mudah nerima materi yang akan disampaikan.
By the way, buat ngajar dan memandu
anak usia kelas 4 SD emang susah-susah gampang. Nah, di sinilah Fasta mulai
tertantang untuk bisa akrab dan deket sama mereka.
Saat mengajar, kami memilih issue lingkungan sebagai pokok
permasalahan. Kebetulan, arsitektur bagunan sekolah mereka bergaya ramah
lingkungan banget. Sedikit termudahkan untuk memulai pendahuluan dalam
menyampaikan materi. Cara penyampaian yang kami pilih juga tergolong ringan dan
bisa diterima usia mereka. Tentunya dengan bahasa yang lugas dan anak-anak
banget. Beberapa point materinya berupa: refleksi lingkungan sekitar, jenis-jenis pencemaran
lingkungan, langkah kecil dalam menanggulangi permasalahan lingkungan yang memiliki komponen tidak seimbang, dan lingkungan impian untuk masa depan yang lebih
baik.
Klimaks dari kegiatan mengajar kami, kak Oliv
membagi kelas menjadi 4 kelompok. Masing-masing terdiri dari 5 anggota. Kak
Selly membagikan satu lembar kertas A4 polos pada setiap kelompok. Kak Nadiyah
dan kak Gede membantu menjelaskan apa yang harus dilaksanakan oleh kelompok.
Yap, tiap kelompok ditugaskan untuk menggambar lingkungan yang mereka impikan
di masa depan. Kelompok pertama konsentrasi pada lingkungan di pegunungan,
kelompok dua−pantai, kelompok tiga −hutan, dan kelompok empat−pedesaan.
Kelompok dua yang anggotanya terdiri dari
Nayla dan Asti mulai manggil-manggil kak Fasta. Ternyata mereka minta diajarin
nggambar. Dari situlah kami mulai deket dan ngobrol-ngobrol seru ala
cewek-cewek SD.
“Kak, gambarin..” bisik Nayla.
“Kak, aku males gambar,” timpal temennya yang
lain.
“Susah banget nggambar, apalagi pemandangan
pantai!”
“Aku paling gak suka nggambar!” tambah Asti.
Itulah respons mereka ketika berhadapan
dengan satu lembar kertas kosong di meja tulisnya. Awalnya Fasta kaget dan
bingung harus jawab gimana. Kok pesimis
gitu, ya? Kok mereka belum apa-apa udah nyerah? Kok mereka gak suka nggambar,
padahal kan anak-anak seusia mereka paling tertarik kalo disuruh nggambar? Oke, pertama yang harus Fasta lakukan
adalah relax. Jawab keluh kesah
mereka dengan senyum manis yang gak dibuat-buat dan kata-kata yang menguatkan.
“Dulu waktu kak Fasta masih SD juga gak suka
gambar. Malah sering gak semangat kalo ada tugas menggambar dari bu guru. Tapi ibu
kak Fasta bilang kalo menggambar itu kegiatan yang menyenangkan.”
“Menyenangkan dari mananya sih, kak? Pengennya
gambar yang bagus tapi hasilnya selalu aja jelek. Huh!”
“Mungkin gambaran kak Fasta dulu lebih jelek
dari kalian. Tapi kak Fasta gak mau menyerah sebelum mencoba. Sejelek apapun
gambaran kakak, kalo sering-sering berlatih, ternyata hasilnya bagus juga. Mau
tau buktinya?”
“...” not responding.
“Siapa yang mau nggambarnya dibantuin kak Fasta?” sebisa mungkin aku berusaha menumbuhkan semangat mereka.
“Aku, aku, aku, Kaaaak!”
“Oke, kita coba siapa yang berhasil lebih dulu menyelesaikan gambarannya. Kak Fasta gak nyari siapa yang paling bagus dalam menggambar, tapi siapa yang paling semangat. Se-ma-ngat!”
Janji buat bantuin kelima cewek mungil dalam menyelesaikan tugasnya harus ditepati. Meskipun gitu, sebisa
mungkin Fasta berusaha buat gak mengambil alih pensil yang udah ada di tangan mereka.
Sengaja, biar mereka berimajinasi sebebas mungkin. Dan itu bisa jadi karya asli bikinan
mereka. Bisa dibilang Fasta cuma jadi tim hore. Perlu kamu tahu, tim hore buat
anak usia SD itu gak mudah. Sekali lagi gak mudah. Diukur dari bagaimana cara kita menyusun kalimat dari kosakata yang kita kuasai agar rasa percaya diri tumbuh
dalam diri mereka.
“Kak, aku capek hapus-hapus gambarnya.
Daritadi jelek terus.”
“Asti gambarnya tipis-tipis aja dulu, nah
kalo gambarnya udah keliatan bagus baru ditebelin. Lagian, gambar Asti udah
bagus banget kok, kalah deh gambaran kakak waktu SD dulu.”
“Beneran, kak?” Asti mulai semangat lagi menggambar. Dan tugasnya membuat pohon kelapa yang berjejer di pantai dari coretan pensil pun selesai dalam hitungan menit.
Fasta mulai ngerti, ada hal pokok yang harus
dikuasai seorang pendidik, selain kesabaran yang extreme. Yaitu sikap untuk terus menyemangati siswanya dalam belajar dan
memberikan reward atas usaha yang
mereka lakukan. Inget, reward gak
selalu berupa benda yang kita berikan pada mereka, ada yang lebih penting, yaitu dukungan
positif.
Habis mereka bilang, “Duh, menggambar itu kan
susah!” terbitlah “Yeay, akhirnya aku bisa menggambar!”
Habis mereka bilang, “Kak, bantuin nggambar,
dong!” terbitlah, “Aku bisa nggambar sendiri kok, Kak. Nanti kalo masih
keliatan jelek gambarannya, koreksi ya!”
Habis mereka bilang, “Pokoknya aku gak mau
nggambar. Aku paling gak suka kalo disuruh nggambar!” terbitlah, “Nanti aku
coba nggambar lagi di rumah, ah! Ternyata menggambar itu memang menyenangkan..”
Terharu banget bisa denger mereka bilang
kayak gitu. Seseorang pernah bilang, “kalau kamu bisa membuat siswa pintar
menjadi lebih pintar, kamu kategori guru yang biasa saja. Tapi kalau kamu
berhasil membuat siswa yang tidak bisa menjadi bisa, kamu luar biasa.” Di situ
Fasta mulai senyum-senyum sendiri. Tentunya kakak-kakak yang lain juga ikut-ikutan senyum. Wajah kami menceritakan kelegaan yang luar biasa.
Satu lagi, moment yang susah dilupain. Saat itu ada seorang siswi yang
badannya subur banget, sampai-sampai gemes sendiri ngliatnya. Pengen banget
nyubit pipi tembemnya! Sayang, dia lagi badmood.
Temen-temennya bilang, dia bete tanpa sebab. Gak mungkin juga kalo dia
lagi PMS. Akhirnya kakak-kakak pun bergantian membujuknya agar ceria lagi.
Satu kakak, gagal. Ganti deh, kakak yang
lain. Tapi gagal juga. Tim sama-sama gak tahu sebab kesedihannya, kami juga gak
tahu maunya dia apa. Akhirnya, tiba bagian Fasta untuk membujuknya. Iseng-iseng deh ngeluarin sebatang lollypop dari dalem
tas, kemudian aku tempelin ke tangannya. Dia langsung buka bungkus
permennya! Moodnya berubah seratus depalan puluh derajat. Ternyata cara paling klise masih aja ampuh, ya! Kami cuma bisa
geleng-geleng tersenyum payah.
Adik-adik di MIB Al-Irsyad yang sedang kami
ajar termasuk anak-anak yang mudah akrab dengan orang baru. Baru setengah hari
kenal, kemana-mana mereka udah gak malu-malu buat nggandeng tanganku dan
kakak-kakak lainnya. Mereka juga nempel-nempel manja gitu, hihi.
Setelah jam pelajaran habis, agenda selanjutnya
adalah jalan-jalan. Justru mereka yang jadi pemandu kami. Banyak hal yang mereka
ceritakan, mulai dari keadaan desanya, jalan setapak dan sawah yang kami lewati,
dan rasa senangnya bisa jalan-jalan bareng kakak-kakak 1000 Guru Regional
Malang.
“Kak, sering-sering main ke sini, ya! Jangan
lupain kita..” kata-kata sweet itu
keluar dengan sendirinya dari mulut anak kecil yang baru sehari mengenal kami.
Kak Fasta orangnya cengeng, dek. Denger kalian ngomong gitu, rasanya udah
terharu dan gak kerasa mata udah berkaca-kaca aja..
Pantai
Kondang Merak
Setelah mengeluarkan banyak energi untuk
mengajar, sekarang saatnya tim 1000 Guru Regional Malang untuk mengekspresikan
kegembiraan dan merayakan kelegaannya di pantai. Medan yang harus ditempuh
untuk ke sana memang gak mudah. Terjal banget, apalagi jalanan juga berdebu.
Butuh sekitar dua jam untuk sampai di sana. Apapun alasannya, kami tetap butuh
vitamin sea!
Terkadang, pantai memang lebih memesona
daripada cowok yang mempunyai selera humor tinggi. Lihat, eksotis banget kan! Seketika
ngliat gambar itu, rasanya masih bisa ngrasain gimana lembutnya angin, kokohnya
karang pada bibir pantai, riak-riak gelombang dengan airnya yang biru kehijau-hijauan,
dan teman-teman baru yang menyempurnakan suasana.
Pantai memang menawarkan kesejukkan bagi
siapa saja yang mengunjunginnya. Hingga tak sedikit yang sulit untuk beranjak
darinya. Di sana, kami gak sekedar tidur-tiduran di atas pasir dan membiarkan
matahari mengubah warna kulit. Beberapa juga tertarik untuk berenang dan
memanjat karang-karang yang permukaannya dipenuhi lumut-lumut raksasa. Di ujung
cerita, moment keakraban kami lakukan dengan menikmati es
kelapa muda bersama.
Bukan hal asing lagi jika di balik pertemuan
pasti ada perpisahan. Setiap air muka kami saling menunjukkan
kesedihan. Baru dua hari mengenal, menikmati sarapan
bersama, saling berbagi cerita dan keluh kesah, dan menciptakan obrolan cerdas untuk
memperkuat visi tim 1000 Guru Regional Malang ini. Mau gak mau, sampailah kami di
pangkal perpisahan.
Kami berpencar, kembali pada profesi masing-masing. Sebelum itu, kami berpisah dengan cara menunjukkan bahasa tubuh yang manis. Pelukan hangat yang sarat bau matahari pantai, janji untuk menciptakan pertemuan kembali, hingga tangan yang terlambai untuk menyimbolkan kalimat Sampai jumpa lagi!
Kami berpencar, kembali pada profesi masing-masing. Sebelum itu, kami berpisah dengan cara menunjukkan bahasa tubuh yang manis. Pelukan hangat yang sarat bau matahari pantai, janji untuk menciptakan pertemuan kembali, hingga tangan yang terlambai untuk menyimbolkan kalimat Sampai jumpa lagi!
30 komentar
masi muda bisa berbaur dengan anak anak kecil itu point plus yaa
ReplyDeletePlusnya lagi anak kecil itu nggemesin banget~
Deletekak fasta, ajak ashya dong kalo ada acara ngajar gini. Pengen ikut tapi mesti gak ada temennya :(
ReplyDeleteYah, telat tau kalo Ashya juga suka sama kegiatan kayak gini. Lain kali kita barengan ya :))
DeleteSepertinya gerakan itu bagus banget. Gue sebagai mahasiswa merasa kalo pekerjaan seperti inilah yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh anak-anak yang menginkan pendidikan.
ReplyDeleteSedih kadang, ngeliat anak yang mau belajar aja, harus melewati sungai dgn satu tali.
Semangat mereka dan antusias yang kamu kasih keren. Mereka jelas nyaman banget dikasi pembelajaran dan ilmu. Semoga bisa menjadi kebaikan yang tidak pernah putus.
Mau dong, dikasi pelajaran juga. #EHhh
Mudah-mudahan banyak anak muda, terlebih mahasiswa yang lebih merhatiin kondisi pendidikan adik-adik kita yang kurang beruntung, hehe.
DeleteAmin, terima kasih doanya :))
Inspiring, semoga semakin banyak yang tergerak menjadi guru :)
ReplyDeleteAmin kak Indi :)
DeleteKarena sejatinya kita semua adalah guru, ntah untuk diri sendiri ataupun orang lain.
kegiatan yang keren banget bisa ada di lingkungan seperti itu :D
ReplyDeleteberbaur sama anak kecil emang keliatan menyenangkan :)) ditambah lagi bisa memberikan pengaruh positif ke mereka :)) suka di bagian mereka ngegambar. yang awalnya gak mau akhirnya jadi semangat '45 :D suka juga sama quotenya itu hehe
Alhamdulillah kalau ternyata bisa kasih pengaruh positif ke mereka. Karena sebenernya merekalah yg lebih kasih pengaruh positif, entah kenapa bawaannya happy terus kalo deket mereka hehe.
DeleteMakasih Anisaaaaah! :)))
Woaahhh, ini keren banget! Langsung terjun ke lapangan. Btw, cerita yang tentang anak nggak bisa gambar itu ngingetin masa kecil gue. Gue dulu juga pesimis gitu karena gambar gue jelek, akhirnya sampe sekarang masih suka pesimis dalam menggambar. :(
ReplyDeleteTapi bener yang lu bilang, pesimis kalo belum dicoba itu nggak akan pernah tahu hasilnya. Ya, kayak 2 tahun lalu, gue nggak ngerti apa-apa tentang bercerita dan menulis. Sekarang udah belajar banyak, dan komentar temen ada yang bilang tulisan gue bagus.
Lu keren!
Teruskan kegiatanmu, yak. Semangat!
Yah jarang gambar pasti, kok udah pesimis aja? :p
DeleteNah setuju! Dengan nyoba dan nyoba, kita akan tahu kalau sebenarnya kita juga bisa nglakuin suatu hal yang awalnya kita anggep susah.
Btw, bener kata temen-temenmu, tulisanmu emang bagus dan menginspirasi.
Terus semangat berkarya juga!
Inspiring banget ya Allah ;___;
ReplyDeleteDulu aku pengin jadi guru huahahaha, tapi sadar karena suka ngantuk di kelas dan bosen di tempat yang sama terus dan tertarik dengan hal yang baru, akhirnya aku menyerah dan beralih cita-cita. Huahahaha.
Duh so sweet banget Mbak Fasta jawab SMS nya, huhuhu, aku mana bisa se so sweet itu wkwk.
Semangat ya, Semoga Mbak Fasta makin jadi pengajar yang keren dan inspiratif :D
Kalo boleh tau cita-citanya Mega apa? Pasti keren!
DeleteHehe, aku cuma pengen bisa jadi cewek romantis aja Meg, langkah awal ya itu−nerapin ke anak kecil *eh
Amin Ya Rabb :)
Yay, fasta ngajarin gambar. Kereeen!! ntar jadi komikus deh. #eh
ReplyDeleteKalo soal ngajarin anak-anak, aku juga pernah dong. :p
Cuma bisa gambar gunung dan sawah aja kok, Dhim. Haha.
DeleteCie komikus ngajarin anak-anak? Wah jadi penasaran nih kayak gimana..
asik ya,belajar dngan anak2 dan gurunya juga gak bakalan bosan.
ReplyDeletedan sosok keibuan dari mbak fasta sudah mulai kelihatan *eh cewek suka anak2 emang lebih baik ya.
pengen juga sih ikutan komunitas ini.
Kalo kebapakan kayaknya gak mungkin deh mas, hihi.
DeleteMumpung masih muda, nyari kegiatan positif yuk, apa aja yang penting bikin kita open mind.
Inspiring banget
ReplyDeletejadi inget dulu pas KKN aku juga ngajar bahasa inggris dan ilmu kesehatan lingkungan di sekolah-sekolah, terus sampai beberapa bulan setelah itu masih sering di sms-sms kayak begitu juga sama adek2 nya :')
Lucu banget ya pas adek-adek yang pernah jadi murid kita nghubungin kita. Apalagi yang bikin terharu kalo mereka sampe bisa kangen gitu, dan pengen kita bisa ngajar mereka lagi :))
Deleteaku dulu gak pernah kebayang sama ngajar-ngajar sampe akhirnya kuliah di pendidikan.. terus, diluar kesadaran akan pendidikan dan kesenangan pribadi, akhirnya paham kenapa banyak orang ikut acara-acara ngajar kayak gini hehe karena emang muasin pikiran sama hati juga sih :)
ReplyDeleteTernyata menjadi seorang pendidik bukan lagi sebuah pilihan, tapi panggilan hati, hehe. Soalnya banyak temen-temenku dari profesi ataupun jurusan lain yang ngakuin kayak gitu.
DeleteWah asyik sekali kegiatannya... Mantap...
ReplyDeletesosok guru yang berdedikasi begini memang paling dibutuhkan...
ReplyDeletekalau saya, saya justru malah nggak mau kalau disuruh jadi guru.
selain nggak bisa ngajar, saya juga takut tak didengarkan :")
A..... seru, gimana nih ikutannya :D
ReplyDeleteSemoga semakin banyak yang tergerak menjadi guru :)
ReplyDeleteHahah.. Percakapan sama Asti bikin ngakak euy.. Polos bener entuh bocah.. :D
ReplyDeleteKamu sabar banget yak. Kalok aku kayaknya ngga tahan deh :'
Gilak ini mbak yang satu ini. Anak komunitas mana-mana :D Lanjutkan
ReplyDeleteKapan TnT Malang ada lagi kak? Kemaren telat dapet infonya :"))
ReplyDeleteKak, sedikit koreksi. Setahu saya namanya MI Al Iklhas, bukan Al Irsyad. Tapi keren banget ceritanya kak
ReplyDelete